BIJAKSANA atau PENGECUT?
SOK BIJAKSANA
Saat genting
adalah saat di mana sikap gentlemen seseorang diuji. Sikap pengecut dan
sok bijaksana terkadang samar di saat-saat seperti itu.
Sekelas
Umar bin Khattab ra saja pernah mengalami hal itu. Padahal di zaman Nabi
saw masih hidup, sikap beliau sering berada di sisi yg gentlemen yang
diakui Allah.
Adalah Abu Bakar ash-shiddiq yg mengaduk-aduk sikap
gentlemen nya Umar ra. Saat itu gerakan murtad terjadi sepeninggal Nabi
saw. Padahal sederhana,
bbrp kabilah hanya tidak mau menyetor zakat.
Masalah sesederhana itu dipandang Abu Bakar ra sangat fatal dan bisa
jadi benih pemberontakan. Dan sikap Abu Bakar saat itu adalah :
memerangi mereka.
Umar ra berusaha membujuk Abu Bakar untuk
mengurungkan niatnya. Bahkan banyak sahabat yang meminta Umar ra
membujuk Abu Bakar. Tentu dgn alasan2 yg bijaksana.
Tapi jawaban
Abu Bakar mengejutkan Umar ra, "Umar, di masa jahiliyah engkau adalah
pemberani, sekarang di masa Islam engkau menjadi pengecut. Sedangkan
aku, demi Allah. Aku akan memerangi mereka, selama aku cukup kuat untuk
memegang pedang di tanganku. Bahkan walaupun mereka hanya menahan (harta
zakat) sedikit saja"
Saat itu Umar ra akhirnya sadar bahwa
sikap bijaksana beliau tercampur dengan sikap pengecut. Dan benar saja,
pilihan sikap Abu Bakar ra sangat tepat. Pemberontakan demi
pemberontakan bisa dihadapi.
*****
Sikap pengecut yang
diliput dengan alasan-alasan bijaksana sering terjadi. Sebenarnya itu
timbul dari rasa takut yang dituruti, tapi mencari alasan terbaik. Tapi
sayangnya, tidak sesuai konteksnya. Sehingga jadinya malah "Sok
Bijaksana"
Dalam kasus Umar ra di atas, beliau tertutupi fakta
bahwa masalah yang dihadapi sebenarnya sederhana saja. Para penolak
pembayar zakat itu tidak mau melaksanakan rukun Islam. Sebuah fondasi
dalam Islam.
Maka, Abu Bakar ra melihat itu. Jika tidak mau melaksanakan rukun Islam, maka sikapnya sederhana. Perangi.
*****
Islam itu dasarnya adalah agama damai. Tidak mau perang. Maka semua
jalan untuk menuju kedamaian akan diperjuangkan dengan maksimal. Bahkan
jika damai itu harus diperoleh dengan perang.
Hehe... bingung ya?
Ya sebingung masyarakat kita sekarang menghadapi seorang Ahok.
Masalahnya kan sederhana. Tangkap saja beliau. Maka kedamaian akan
terwujud. Ketenangan masyarakat akan adanya keadilan terpenuhi. Semua
bahagia. Dan hidup damai kembali.
Tapi jika jalan kedamaian itu berliku, maka sikap-sikap kesatria kita diuji.
Menghadapi hal ini, muncullah sikap "sok bijaksana". Wajar saja. Krn ini memang persimpangan yang mendebarkan.
Jangankan kita, Umar ra saja sempat muncul rasa takutnya akan terjadi
peperangan antar suku, karena sikap tegasnya Abu Bakar ra yang ingin
memerangi mereka.
Sikap sok bijaksana itu indah sekali kata-katanya:
"Sudahlah, maafkan saja, Nabi saw itu orang yang gemar memaafkan"
"Duduk tenang saja di rumah, biarkan polisi mengerjakan tugasnya"
"Wah ini gerakan demonstrasi ada yang menunggangi"
Bahkan sikap-sikap sok bijaksana itu ada yang mengarah pada provokasi,
"Hati-hati, suriah kedua"
Ya kayaknya ga sampai segitunya kali...
*****
Masalah pak Ahok ini sudah menyentuh nilai fondasi dalam Islam. Darimana mengukurnya? Sederhana saja sih... MUI sudah bersikap.
MUI itu bukan lembaga sederhana. Legitimasinya dalam Islam itu kuat sekali.
Urutan Hukum Islam itu terdiri dari :
1. Al-Qur'an
2. Hadits Shohih
3. Ijma'
4. Qiyas
5. Ijtihad
Jika tidak ada dalam Al-Qur'an maka berusaha menemukan dalam hadits.
Jika tidak ada di hadits, maka para ulama bersepakat untuk menentukannya
(Ijma'). Jika belum ada ijma' maka ulama orang per orang mencoba
mengambil hukum dari qiyas dan ijtihad pribadi (tentu dengan syarat yang
sangat ketat).
Naaah... sikap terhadap pak Ahok ini masuk dalam
derajat nomor 3. Kuat sekali. MUI itu kumpulan para ulama seluruh
Indonesia. Pimpinannya sekarang KH Ma'ruf Amin adalah kyai NU yang
sangat disegani.
Jadi, jika MUI sudah menyatakan bahwa ada
penistaan agama di sana dan hukum di Indonesia menyatakan bahwa
penistaan agama ada hukuman pidananya, ya tinggal dilaksanakan.
Tapi... sejarah membuktikan bahwa pak Ahok ini selalu lolos dalam semua
jeratan hukum. Jangankan yang ringan, yang kelas super berat sekalipun
beliau sakti. Sepertinya sekarang juga akan lolos.
Maka, itu
yang terekam dalam sanubari masyarakat Indonesia. Mereka bergerak.
Menuntut keadilan. Dengan damai tentunya. Karena umat Islam Indonesia
ini beda dengan lainnya. Sangat sangat toleran.
Toh, menyuarakan pendapat dengan damai ini dilindungi undang-undang.
*****
Dengan kejelasan yang terang benderang dalam kasus pak Ahok ini, maka
sikap "sok bijaksana" malah menunjukkan rasa pengecut yang nyata.
"Islam dihinakan, lalu muncul seruan untuk memaafkan"
Masalahnya tidak sesederhana itu. Ini adalah sikap gentlemen yang
muncul dari sanubari paling dalam. Tidak akan bisa dihilangkan walau dgn
pengalihan isu apapun.
Jadi menghadapi kasus pak Ahok ini terang benderang. Anda gentleman atau pengecut. Itu saja.
*****
Sikap sok bijaksana itu bahkan ada yang begini...
"Al-Qur'an ga perlu dibela. Allah langsung koq yang bela, kita mah siapa atuh..."
Indah bukan? Menyihir sekali kata-katanya. Sehingga mereka yang pengecut jadi terhibur...
Ya memang Al-Qur'an itu lgsg Allah yang bela, tanpa kita pun Al-Qur'an
akan tetap mulia. Tanpa kita turun ke jalan pun Al-Qur'an tetap mulia.
Sama seperti sholat, tanpa kita menyembah Allah pun, Allah akan tetap mulia.
Tapi, bukan Allah yang butuh disembah, kita yang butuh sholat. Dengan
sholat, maka Allah tahu bahwa kita adalah Muslim yang taat.
Begitu juga dengan Al-Qur'an. Bukan Al-Qur'an yang butuh kita, kitalah
yang membutuhkan Al-Qur'an. Dengan membelanya saat dihina, menunjukkan
bahwa kita pecinta Al-Qur'an. Kalam Allah yang akan membela nanti di
yaumil akhir. Bagian dari Rukun Iman.
Jadi, saat Al-Qur'an
dihinakan, kita di mana? Apakah masih ada gentlemen dalam diri kita?
Atau ini membuktikan bahwa kita pengecut?
*****
Tetap
damai ya dalam demonstrasi. Krn itu jati diri kita. Tanpa marah-marah.
Tanpa caci maki. Hanya turun ke jalan sudah membuat polisi berfikir
koooq... sooo... jaga diri ya... sopan dan santun saat berdemo...
Pak Ahok tenang aja. Masuk penjara itu cuma kesempatan bertaubat koq. Insya Allah akan dapat hidayah dariNya... aamiin...
*****
So, Jangan Sok Bijaksana..
Aslinya sih.... PENGECUT..!
terima kasih untuk Kang Hidayat Muttaqin, atas tulisannya
No comments:
Post a Comment